Pojokkiri.com

Mahasiswa ITS Mengajak Masyarakat untuk Mengolah Limbah Cangkang Kerang Menjadi Pupuk Organik Cair

Mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS saat melakukan KKN

Surabaya, Pojok Kiri.Com,-Kampung Nelayan Nambangan Cumpat di pesisir Kenjeran, Surabaya, menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Lingkungan kumuh dengan tumpukan limbah cangkang kerang menjadi pemandangan sehari-hari. Jumlah limbah cangkang kerang yang dihasilkan mencapai 12.823 ton setiap tahunnya, dan meningkat drastis pada musim kerang yang berlangsung dari bulan Juni hingga Oktober. Selain itu, kehidupan nelayan di daerah ini juga sangat memprihatinkan, seperti kondisi ekonomi yang tidak stabil dan pendapatan yang tidak menentu, sementara biaya hidup di perkotaan terus meningkat.

Kondisi ini diperparah dengan rendahnya minat masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas, yang sebagian besar disebabkan oleh keterbatasan ekonomi. Kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan juga masih rendah, terbukti dari banyaknya timbunan cangkang kerang yang tidak dimanfaatkan. Padahal, limbah tersebut sebenarnya memiliki potensi ekonomi jika dikelola dengan baik. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan limbah menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan ekonomi lokal.

Oleh karena itu untuk membantu mengatasi masalah-masalah ini, mahasiswa melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Departemen Teknik Kimia Industri ITS melaksanakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan memanfaatkan limbah cangkang kerang menjadi produk pupuk organik cair (POC).

Mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS saat melakukan KKN

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa ini yang pertama adalah Limbari (Limbah Lestari), yang merupakan pelatihan bagi ibu-ibu PKK di Kampung Nelayan Kerang Cumpat. Pelatihan ini mengajarkan cara mengolah limbah cangkang kerang menjadi pupuk organik cair, lengkap dengan demonstrasi alat dan bahan yang digunakan.

Dengan pelatihan ini, diharapkan masyarakat dapat mengelola limbah tersebut dengan lebih efektif dan menghasilkan produk yang bermanfaat. Selanjutnya, program Limbala (Limbah Kelola) dilaksanakan untuk memantau dan mengawasi setiap tahap pengolahan limbah, mulai dari persiapan bahan baku hingga proses produksi pupuk organik cair. Pengawasan ini penting untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai dengan standar.

Tahap akhir dari kegiatan ini adalah Shell to Soil (S2S), yang merupakan evaluasi kualitas produk pupuk organik cair. Evaluasi ini mencakup pemeriksaan warna, kekentalan, dan aroma produk. Setelah proses evaluasi selesai, produk akan melalui tahap finishing dan pengemasan untuk memastikan tampilannya menarik dan informatif, sebelum akhirnya dipasarkan. Melalui kegiatan ini, mahasiswa berharap dapat mendukung upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat serta pengelolaan limbah yang berkelanjutan.

Mahasiswa berharap program ini dapat mengubah limbah cangkang kerang menjadi produk yang bernilai bagi pertanian sehingga bukan hanya menjadi limbah atau sampah yang dibuang begitu saja, sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Program KKN ini diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi masalah lingkungan dan ekonomi khususnya di Kampung Nelayan Nambangan Cumpat. Dengan pelatihan dan pendampingan yang diberikan, masyarakat diajarkan cara efektif mengelola limbah, menciptakan produk ramah lingkungan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain itu, inisiatif ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat Kenjeran untuk mengadopsi model pemanfaatan limbah yang lebih baik dan menciptakan ketahanan ekonomi lokal yang lebih kuat.(Gat/Tya)