Pojokkiri.com

Fenomena Dukungan “Kotak Kosong” di Pilkada Surabaya: Penolakan Terhadap Eri Cahyadi Semakin Menguat

Fenomena Dukungan “Kotak Kosong” di Pilkada Surabaya: Penolakan Terhadap Eri Cahyadi Semakin Menguat

Surabaya, Pojokkiri.com – Dalam perkembangan politik terbaru di Surabaya, dukungan terhadap Eri Cahyadi, yang awalnya terlihat solid dengan dukungan hampir seluruh partai, kini mulai terkikis oleh fenomena “kotak kosong.” Sejumlah kelompok masyarakat mengungkapkan kekecewaannya terhadap Eri dan mulai menyuarakan penolakan yang signifikan.

drg. David Andreasmito dokter gigi dan juga pengusaha menyebut penolakan terhadap calon tunggal ini telah mencapai angka 85%, mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam di berbagai kalangan.

“Gerakan “kotak kosong” yang mendukung pilihan tanpa kandidat ini semakin meluas di tengah masyarakat. Beberapa tokoh yang sebelumnya mendukung Eri kini bahkan beralih menyarankan warga untuk mencoblos “kotak kosong” sebagai bentuk protes,” ungkap drg David.

David menilai, gerakan ini adalah simbol perlawanan terhadap dominasi politik yang dianggap tak memberi ruang bagi aspirasi publik secara utuh.

“Salah satu tokoh yang aktif dalam diskusi informal mengungkapkan, “Kalau masyarakat cinta Eri, ya pilih kotak kosong, karena itu adalah ciptaannya sendiri.” kata David.

David mengkritik terhadap penyelenggaraan pemilu juga menyeruak. Kelompok pendukung “kotak kosong” mempertanyakan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang tidak memberikan ruang bagi saksi dari pihak mereka di tempat pemungutan suara.

“Tanpa pengawasan yang transparan, kecurangan dalam proses pemilu 2024 akan lebih mudah terjadi. Hal ini diperburuk oleh pengaruh kuat pihak-pihak yang memiliki modal besar, yang mereka sebut sebagai “bandar” atau cukong, yang berpotensi merusak demokrasi,” tutur David, pada Minggu (6/10).

Sementara itu Heru Satrio Ketu Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Korwil Jatim mengatakan, meskipun gerakan ini tidak terkoordinasi secara formal, diskusi dan pertemuan informal di berbagai tempat semakin menguatkan dukungan untuk “kotak kosong.”

“Salah satu rencana yang tak biasa adalah melakukan kampanye di tempat-tempat yang jarang digunakan, seperti kuburan dan taman pahlawan, sebagai simbol perlawanan damai terhadap politik konvensional,” tandas Heru, sapaan akrabnya.

Heru menambahkan, menjelang hari pemilihan pada 27 November, masyarakat Surabaya akan menghadapi pilihan yang menarik, apakah mereka akan memberikan suara mereka kepada kandidat tunggal atau memilih untuk mendukung “kotak kosong.”

“Terlepas dari segala tantangan dan spekulasi, gerakan ini telah menjadi fenomena unik dalam perjalanan demokrasi lokal, dengan penolakan terhadap Eri Cahyadi yang terus menguat di berbagai kalangan,” pungkasnya.