Pojokkiri.com

DPU Pengairan Banyuwangi Banjir Kritik La Lati S.H, sebut Guntur “Beli Payung Sesudah Hujan”

Banyuwangi || Pojokkiri.com – Mungkin publik masih ingat iklan rokok jarum “Gak ada Lo Gak Rame” demikian sosok La lati S.H Aktivis dan Pengacara menjabat Ketua Komisariat Daerah Reclassering Indonesia Kab.Banyuwangi sentilan dan kritiknya bernada metafora seringkali di sandingkan dengan kritik pedas Rocky Gerung sang maestro filsafat indonesia

Menyikapi cuaca ekstrim musim penghujan yang kini melanda hampir seluruh wilayah Indonesia tanpa terkecuali Kab. Banyuwangi, berbuah polemik banyak warga Banyuwangi yang menyoal kebijakan program DPU Pengairan.

La Lati justru mengeluarkan peribahasa dengan kalimat nyeleneh “Guntur Beli Payung Sesudah Hujan”, mirip-mirip dengan peribahasa “Sedia payung sebelum hujan”.

Sehingga dimungkinkan peribahasa nyeleneh dari La lati S.H merupakan kritiknya terhadap Kebijakan Pemkab Banyuwangi khususnya DPU Pengairan Kab.Banyuwangi yang berhulu pada banyaknya sungai yang meluap bermuara pada Kebijakan Guntur Priambodo Kadis DPU Pengairan yang saat ini mendapat berbagai kritik dari masyarakat Banyuwangi. Sabtu 5/11/22.

Di temui awak media Kamis 03 November 2022 La Lati menuturkan cuaca yang terjadi saat ini adalah siklus penghujan yang merata di hampir seluruh wilayah Indonesia, pada daerah yang wilayahnya memiliki banyak aliran sungai dan kawasan perhutanan yang luas potensi terjadinya luapan banjir dan tanah longsor sangatlah tinggi seperti wilayah Banyuwangi ini,”terangnya.

Lanjut La Lati, “Namun jika di cermati penyebabnya tidak lepas dari ulah manusia sendiri seperti pengelolaan kawasan hutan yang tidak terkontrol dari Perhutani, penataan normalisasi sepadan sungai yang tidak terprogram dengan baik dari Dpu Pengairan serta kebiasaan buruk masyrakat yang membuang sampah sembarangan di sungai, semuanya menjadi faktor sebab akibat terjadinya luapan banjir,”jelasnya.

Menurut La Lati, penataan sepadan sungai dan program perencanaan normalisasi dari Dpu Pengairan seharusnya di lakukan jauh hari sebelum musim penghujan bukan di lakukan setelah adanya dampak luapan banjir terhadap pemukiman warga sama halnya mengobati luka yang sudah infeksi yang seharusnya lebih baik mencegah daripada mengobati,”ucap dalam kritikanya.

La Lati juga menjelaskan, saat ini Dpu Pengairan mendapat banyak kritikan dari warga, dimana warga mendesak untuk melakukan normalisasi sungai di musim penghujan seperti saat ini menandakan program dan perencanaan DPU Pengairan tidak tepat waktu sama halnya “Pak Guntur Membeli Payung Sesudah Hujan,” kritiknya lagi.

Masih menurut La Lati, walaupun demikian peristiwa banjir dan banyaknya sungai yang meluap berdampak, pada warga saat ini tidak cukup dengan menyalahkan satu pihak saja misalnya, menyalahkan kinerja Pak Guntur semata selaku Kadis DPU Pengairan, kita juga harus bijak mencari penyebab utama terhambatnya pelaksanaan program pembangunan sepedan sungai dan normalisasi sungai dari DPU Pengairan Kab.Banyuwangi,”ungkapnya.

“Pemkab Banyuwangi yang Lemot mengajukan anggaran dan juga DPRD lemot mengedok anggaran TA 2022 bisa jadi sebagai salah satu faktor terhambatnya program DPU Pengairan, menurut informasi berbagai sumber pengedokan anggaran terkesan lemot oleh Bupati Ipuk, seperti saat ini anggaran dan Dok kegiatan PAK, dirilis bulan November pas musim penghujan kejar-kejaran dengan estimasi tutup anggaran tahun 2022, sehingga penyebab banjir harus menjadi tanggung jawab bersama antara DPU Pengairan dan Pemda Banyuwangi.”tutupnya. (Raden)