Pojokkiri.com

TV Analog “Diamputasi” Warga Lamongan Kecewa

 

Salah satu warga Lamongan memperlihatkan TV Analognya yang tidak bisa digunakan untuk menangkap acara siaran TV nasional dan lokal. (Foto Zainul Lutfi)

Lamongan, Pojok Kiri.com- Kebijakan pemerintah menghentikan siaran TV analog diwilayah Lamongan pada Selasa (20/12/2022) lalu menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Banyak warga yang tak bisa lagi menonton TV.

Tak terkecuali bagi warga Perumahan Graha Indah yang berlokasi di Desa Tambakrigadung, Kecamatan Tikung, Lamongan yang mengaku bernama Rohman. Matinya siaran TV analog membuatnya tidak bisa mendapatkan informasi. Padahal biasanya ia rutin menonton TV untuk menyaksikan siaran berita.

Kebijakan menyuntik mati siaran TV analog juga dianggap merenggut kebahagiaannya. Rohman dan anak anaknya yang amat mengandalkan layar kaca sebagai tontonannya sehari-hari hanya bisa pasrah tayangan kesukaannya berubah menjadi layar buram tanpa suara.

“Saya dan keluarga hiburannya cuma TV. Sekarang sudah tidak ada, jadi sedih banget. Selain itu kami juga tidak bisa tau kejadian-kejadian penting yang biasanya ada di TV,” ucapnya kepada Pojok Kiri, Kamis (22/12).

Keperluan Set Top Box (STB) yang digunakan untuk menunjang siaran digital pun tidak bisa dijangkau. Tingginya harga barang tersebut membuat mengurungkan niat untuk membelinya.

“Harganya lumayan mahal, mau dipaksain beli tapi nanti tidak ada untuk makan. Belum lagi gas LPG dan ongkos yang tambah mahal,” keluhnya.

Janji bantuan STB yang disampaikan pemerintah pun belum dirasakannya. Rengekan anak yang memintanya segera membeli barang itu semakin menyulitkan kondisinya.

Hal serupa juga dirasakan Herlin Utami. Perempuan ini merasa keberatan dengan kebijakan tersebut. Rumahnya yang biasa ramai dengan suara siaran TV kini terasa sunyi.

“Biasanya pagi-pagi sudah menyetel TV sekarang jadi banyak bengong kalau sudah selesai pekerjaannya. Anak-anak saya juga jadi bosan karena tayangan kartunnya hilang,” ujarnya.

Ia pun mengeluh jika harus beralih menonton YouTube sebagai hiburan untuk sang anak, karena besarnya pengeluaran kuota yang juga memberatkan. Oleh karena itu, ia menilai pemerintah seharusnya lebih sigap membagikan bantuan STB pada rakyat kecil sepertinya secara merata. (lut)