Surabaya, Pojok Kiri
Saat ini, tempat hiburan malam, khususnya diskotik yang ada di kota Surabaya seperti bersaing dalam memanjakan tamunya. Diskotik tanpa ekstasi ibarat makan tanpa garam. Jadi, tamu diskotik akan datang menikmati alunan musik house harus ada jaminan aman dan ada ekstasi. Tanpa adanya jaminan keamanan saat memakai narkoba di dalam diskotik, tentunya tamu tak akan ramai.
Di awal tahun 2000, setelah klub malam Red Top milik almarhum Firman tutup dan diambil alih pengusaha Jakarta, maka berubahlah suasana Red Top yang berganti nama menjadi Kantor Diskotik yang berada di kompleks Indo Plaza lantai IV-V Jl Semut Kali Surabaya.
Awal-awal dibukanya Kantor Diskotik, tamu sangat dimanjakan dengan ekstasi yang dengan mudah dijual di Diskotik Kantor. Hampir tiap malam Kantor Diskotik tidak pernah sepi. Bahkan, minggu siang Kantor Diskotik dibanjiri tamu yang kebanyakan anak baru gede.
Selain disc jokeynya top dalam menyajikan mix house musik, Kantor Diskotik juga paling terkenal ekstasinya. Seakan pihak manajemen Kantor Diskotik saat itu menunjukkan taringnya bahwa ekstasi yang dijual kelas 1.
Keberadaan Kantor Diskotik saat awal tahun 2000 seakan menggoyang 2 diskotik besar yang buka lebih dulu, yaitu Koowlon Diskotik dan Station Top 10. Banyak penikmat ekstasi memuji kualitas ineks, sebutan ekstasi milik Kantor Diskotik.
Informasi yang berhasil dihimpun Pojok Kiri, hingga kini kualitas inek yang dijual di Diskotik Kantor memang masih yang terbaik. Tapi, Kantor Diskotik saat ini tidak segarang saat awal-awal buka.
“Kalau saat ini, soal ineks, hanya Kantor Diskotik yang terbaik kualitasnya, masih belum ada diskotik lain yang ineksnya sebagus di Kantor Diskotik,” ujar Boy, warga Kutisari yang doyan mengkonsumsi Ineks, menuturkan pada Pojok Kiri, Selasa (1/10/2019).
Tapi untuk saat ini, kalau ingin menikmati ineks di Kantor Diskotik cari ‘barangnya’ (ineks) cukup sulit. Pihak manajemen Kantor Diskotik sangat selektif dan terkesan hati-hati untuk urusan ineks.
“Sekarang nggak kayak awal buka dulu, yang sangat mudah membeli ineks, saat ini hanya tamu-tamu pilihan atau member yang dilayani,” ujar Evi Bos EO yang sering bertandang di Diskotik Kantor ini menuturkan.
Sikap kehati-hatian pihak manajemen itu cukup beralasan. Pasalnya, Diskotik Kantor sedang disorot oleh BNN dan Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Surabaya. Apalagi, Kantor Diskotik purelnya pernah memecahkan rekor soal memakai Narkoba.
Berbagai kasus Narkoba pernah menerpa Kantor Diskotik, mulai dari Perijinan yang sempat disegel, sampai keterlibatan pengunjung yang mengkonsumsi Narkoba ditempat tersebut. Hingga kasus yang paling fatal yaitu, General Manajer Kantor Diskotik Alung, di awal tahun 2000 pernah ditangkap Polda Jatim karena kepemilikan ribuan butir Inek.
Bahkan izin Operasional pernah terancam dicabut, menyusul penggerebekan yang dilakukan oleh Polda Jawa Timur karena kedapatan 44 tamu serta purelnya mengkonsumsi Narkoba. Alasan Polda Jatim mengirim surat ke Pemkot Surabaya sangat kuat. Pasalnya, saat razia yang dilakukan tim Ditreskrimum Polda Jatim, petugas mendapatkan indikasi kuat pelanggaran.
Di diskotik Kantor yang berada di kawasan Semut, polisi mengamankan 27 orang, 17 laki-laki dan 10 cewek purel Kantor Diskotik. Setelah dilakukan tes urine dan laboratorium, mereka semua positif mengkonsumsi narkoba. Tahun 2016 BNNK Surabaya bahkan sempat mengamankan 4 Pengunjung Diskotik Kantor.
Empat orang tamu tersebut positif memakai narkoba di Kantor Diskotik. Empat orang tamu tersebut yakni, Ratnawati (43) warga jalan Gunung Dharma II Kandangan Benowo, Syaiful Anwar (22) warga jalan Nyamplungan IX, Djuniadi Atmobawono (59) warga jalan Upajiwa XV-B Ngagel dan Harfianto (33) warga jalan Jambangan IX, Surabaya.(Gat/Bersambung)