Pojokkiri.com

Bisnis Murai Batu Sedang Lesu

Teks Foto; Nanang Yulianto membersihkan kandang murai batu di penangkaran (lut)

  • Lamongan, Pojok Kiri – Harga anakan murai batu masih jutaan rupiah. Namun peternak menyebut bisnis burung kicauan itu sedang lesu.

    “Lesunya karena misal yang sebelumnya harga anakan bisa mencapai Rp 2 juta-Rp 2,5 juta, kini menjadi Rp 1,2-Rp.1,5juta,” kata Peternak Murai Batu Safa Farm Lamongan, Nanang Yulianto (38), yang ditemui di tempat budidayanya, Perumahan Graha Indah Blok AE 8, Desa Tambakrigadung, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, Senin (31/10/2022).

    Nanang menggunakan sebuah rumah kosong sebagai tempat ternak murai batu. Ia menekuni sejak lima tahun atau pada 2017 silam. Awalnya Nanang mengaku hanya iseng dan sekedar menyalurkan hobi. Namun kala itu ia melihat ada peluang untuk dikembangkan. Hingga kemudian menernak murai batu.

    “Awalnya saya ambil 3 pasang indukan untuk diternak. Saat itu masih jenis lokal. Setelah setahun kemudian, saya ganti semua dengan menernak khusus murai batu ekor panjang,” ucap Nanang yang belajar otodidak itu.

    Ia menjelaskan, murai batu lokal dengan ekor pendek biasa disebut burung sayur yang dihargai standar atau ombyokan. Adapun murai batu ekor panjang telah menasional dengan harga perpasang sekitar Rp 10 juta.

    Nanang yang kini menernak murai batu ekor panjang, hanya menjual anakan. Untuk umur 8 hari – 20 hari Rp 3 juta – Rp 3juta. Saat ini Nanang memiliki 10 pasang indukan murai batu ekor panjang. Jika dirata-rata perpasangnya Rp 10 juta, maka burung yang diternaknya senilai Rp 100 juta.

    “Dua bulan sekali produksi. Perpasangnya menghasilkan tiga sampai empat ekor anakan. Namun normalnya dari 10 pasang bisa produksi 10 – 15 ekor perdua bulan” imbuhnya.

    Ternak murai batu ekor panjang yang digelutinya sudah cukup terkenal. Acapkali ia kewalahan menerima permintaan dari jaringannya yang tersebar di seluruh Lamongan dan sekitarnya.

    Sejumlah pemesan pun harus inden atau menunggu indukan menetas kembali karena anakannya sudah habis terjual. “Yang beli di sini ya yang ngerti dari mulut ke mulut,” jelas Nanang.

    Tiap indukan mulai produksi pada usia sembilan bulan. Produksi tersebut berjalan sepuluh bulan, selanjutnya tidak produksi saat ganti bulu atau mabung selama enam bulan. Setelah itu produksi lagi selama sembilan bulan dan mabung lagi. Burung tersebut terus produksi hingg mati.

    Jika demikian, Nanang kemudian mengganti indukan. Perawatannya dengan memberi makan dan membersihkan kandang dengan ukuran panjang 1,2 meter, lebar 1 meter dan tinggi 2,5 meter. Pakannya jangkrik, kroto dan obat breding. Untuk biaya perawatan perharinya sekitar Rp 35 ribu. Burung tersebut mandi sendiri.

    Burung murai batu ekor panjang harganya akan selangit dengan visual yang menawan. Terutama panjang ekornya. “Ada yang harganya mencapai puluhan juta dengan panjang ekor diatas tiga puluh centimeter ,” jelasnya.

    Nanang mengemukakan hasil bisnisnya selain untuk menopang ekonomi keluarga juga sosial, ” pungkaanya. (lut)