Tulungagung, Pojok Kiri
Pencak silat merupakan olahraga pendulang emas bagi Indonesia di berbagai kancah internasional. Olahraga tersebut telah menjadi olahraga yang diakui di mata internasional.
Namun sayang, pencak silat seringkali dijadikan adu tarung jalanan bagi segelintir oknum. Khususnya di Tulungagung sekitar 5 persen penduduknya merupakan anggota pencak silat, dari dapat BPS Tulungagung total populasi penduduk mengunjak sekitar 1 juta jiwa.
“Tiga pilar telah bertemu dengan perguruan silat. Pagar Nusa, Kera Sakti dan Setia Hati Terate, kita jejak dengar apa sih permasalahan,” papar Kapolres Tulungagung, AKBP Eva Guna Pandia, Jumat (18/10/2019) malam.
Dari hasil dengar pendapat yang dilaksanakan, mengrucut jika pusat konflik silat di Tulungagung berada di Kecamatan Bandung.
“Misalnya karena memang kecamatan Bandung, orang tua kerja di luar negeri. Hari ini banyak anak-anak kita banyak yang kurang kasih sayang dan minim pengawasan arahan,” jelasnya.
Pihaknya berharap agar guru silat selain memberikan materi bela diri juga memberikan kasih sayang dan pembinaan serta pengawasan.
“Harapannya guru silat yang mendidik kepada mereka, jadi bukan hanya latihan silat saja. Lalu kita beri pengenalan undang-undang kalau memukul orang bisa dikenakan pasal KUHP,” terangnya.
Puncaknya, salah satu yang menjadi poin strategis solusi, diadakannya paguyuban pencak silat.
“Kita bentuk paguyuban. Harapan ke depan jika ada satu perguruan yang latihan atau mengadakan acara maka paguyaban bersama-sama dengan polisi untuk membantu pengaman, sehingga kalau ada yang menggangu kita amankan,” jelasnya.
Sementara untuk penghancuran tugu, pihaknya masih bakal malakukan kajian secara mendalam bersama berbagai pihak terkait. Serta untuk LIGAS merupakan salah satu organisasi kepemudaan ilegal beberapa kali muncul menjadi pemicu konflik, pihaknya juga akan segera melakukan tindak lanjut.
“Ligas baru saya dengar dan segera saya tindak lanjuti. Karena semua potensi kita terima, untuk kita tindak lanjuti,” pungkasnya.(yon/lf)